Teropong.net – Perekonomian Indonesia yang belum pulih sepenuhnya meninggalkan luka mendalam di hati rakyat.
Ketimpangan antara kehidupan rakyat kecil dan pejabat semakin terasa nyata, menciptakan jurang sosial yang lebar.
Ketua Bintang Muda Indonesia (BMI), Farkhan Evendi, menegaskan bahwa kondisi ini tidak boleh dianggap sepele.
Menurutnya, banyak rakyat kehilangan pekerjaan dan harapan, sementara para pejabat tetap menikmati fasilitas mewah yang jauh dari realitas keseharian masyarakat.
“Gaji pejabat berkali lipat di atas upah minimum, tapi empati dan tanggung jawab mereka kepada rakyat justru memudar,” ujar Farkhan dalam keterangannya, Kamis (11/9/2025).
“Ketimpangan ini bukan sekadar angka, tetapi kisah pilu dari jutaan keluarga yang berjuang untuk bertahan hidup,” tambah dia.
Gelombang protes yang marak terjadi di berbagai kota, menurutnya, adalah bentuk jeritan hati rakyat yang sah.
Sayangnya, tak sedikit aksi yang berujung bentrokan, bahkan menelan korban jiwa.
“Darah yang tumpah di jalanan bukan karena rakyat ingin rusuh, melainkan karena ketidakadilan sudah sampai pada titik nadir,” tegasnya.
Farkhan menilai, respons pemerintah selama ini justru menambah luka.
Alih-alih mendengar aspirasi, aparat lebih sering menurunkan gas air mata dan pentungan.
Sementara reshuffle kabinet hanya dianggap sebagai polesan permukaan tanpa menyentuh akar persoalan.
“Rakyat tidak butuh janji manis, yang mereka butuhkan adalah kebijakan nyata yang mampu menghidupkan harapan,” katanya.
Dalam pandangannya, pejabat negara seharusnya menjadikan jabatan sebagai amanah, bukan privilese untuk menjauh dari penderitaan rakyat.
Ia menyerukan pentingnya dialog tulus, kebijakan pro-rakyat kecil, dan langkah konkret untuk merajut keadilan sosial.
Khusus kepada Partai Demokrat yang kini memasuki usia ke-24, BMI berharap agar partai tersebut mampu menjadi pelopor demokrasi sejati.
“Kami ingin Demokrat mendengar denyut nadi rakyat dan menjauh dari politik elitis yang hanya merugikan bangsa,” jelas Farkhan.
BMI, lanjutnya, memimpikan Indonesia yang bangkit dari keterpurukan dengan kebersamaan, di mana pejabat tidak lagi menutup mata terhadap penderitaan rakyat, dan kesejahteraan bukan sekadar mimpi, melainkan kenyataan.
Sebagai penutup, Farkhan menyerukan persatuan seluruh elemen bangsa.
“Pejabat ada bukan untuk menghisap darah rakyat, tapi untuk melayani kebutuhan rakyat. Kepada rakyat, jangan pernah lelah bersuara dengan damai. Indonesia adalah rumah kita bersama, dan hanya dengan cinta serta kebersamaan kita bisa mewujudkan masa depan yang lebih cerah,” ujar dia.